Peristiwa Terbakarnya Kantor Gubernur Papua Dan Bagaimana Kita Bisa Mencegahnya

Posted by ListrikID on
Peristiwa Terbakarnya Kantor Gubernur Papua Dan Bagaimana Kita Bisa Mencegahnya

Berita yang dimuat oleh Detik.com mengenai musibah kebakaran / terbakarnya aula kantor gubernur Papua, yang mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit dan berdampak pada turunnya pelayanan masyarakat akibat diliburkannya pegawai di kantor gubernur, menarik untuk dibahas.

Seperti dilansir oleh Detik.com, polisi menyebut kebakaran diduga diakibatkan oleh korsleting kompresor mesin pendingin udara / AC.

“Dari olah TKP awal yang dilakukan, sumber api diduga dari korsleting kompresor AC. Dalam kejadian kebakaran tersebut tidak menimbulkan korban jiwa namun kerugian materiil berupa bangunan dan isi gedung atau aula Sasana Krida. Habis terbakar berupa kursi dan sound system yang melekat pada dinding gedung,” ujar Kabid Humas Polda Papua AM Kamal dalam keterangan tertulisnya, Senin (12/11/2018).


Kebakaran terjadi pada Minggu (11/11) pukul 12.10 WIT. Saksi bernama Marcelino Wanda (32) melihat ada kepulan asap tebal yang keluar dari belakang gedung Sasana Krida Kantor Gubernur Provinsi Papua.

Mengapa korsleting pada AC bisa berakibat begitu fatal? Apa penyebab korsleting pada (kompresor) AC?
Kompresor AC sering kali luput dari perawatan yang baik dan benar. “Ritual” perawatan AC hanya berkisar pada pembersihan AC (unit indoor maupun outdoor) dan penambahan freon (apabila dirasa AC sudah tidak/kurang dingin).
Insiden tidak/kurang lancarnya sirkulasi freon pada AC sering kali mengakibatkan penurunan performa/kinerja kompresor AC dan apabila kejadian ini dibiarkan secara terus menerus dapat mengakibatkan dengan apa yang sering disebut sebagai “kompresor ampere tinggi”.
Ampere atau beban dari kompresor bisa melebihi dari yang tertera pada unit AC, contoh: AC 3/4 PK normalnya memiliki beban 2A tetapi dapat melonjak hingga 3A.

Apabila sistem proteksi pada rumah/kantor masih berjalan dengan baik, normalnya MCB akan “jeglek”/turun.
Nah mungkin di sinilah titik rawannya, sering kali instalasi listrik pada rumah/kantor kurang memperhitungkan (trend) penggunaan listrik ke depan.
Rumah/kantor yang telah dibangun, mungkin dibangun atas asumsi bahwa penggunaan listrik titik tertentu hanya akan mengkonsumsi/memiliki beban sekian ampere. Contoh: lantai 3 ruangan dari rumah/kantor hanya dipersiapkan untuk 5A, oleh karenanya hanya “dipersenjatai” oleh MCB 5A.
Lalu bagaimana dengan kabel listrik yang akan dialiri oleh beban tersebut? Apa yang akan terjadi apabila kabel tersebut dialiri beban 2x lipat dari kondisi normal? Atau bahkan 3x lipat?
Bagaimana kalau kabel tersebut ternyata sudah berusia tertentu? 10 tahun? 20 tahun?

Kabel yang dialiri oleh beban berlebih secara terus – menerus sebenarnya mudah dideteksi, salah satunya yaitu dengan panas yang dihasilkan. Kabel akan terasa hangat saat disentuh.
Namun pertanyaan berikutnya muncul, apakah semudah itu? Cukup diraba?
Bukankah normalnya instalasi kabel adalah ditanam di dalam tembok?

Beban berlebih yang mengalir di kabel yang di luar spesifikasinya ini sangat berbahaya; apabila dibiarkan terus menerus, kabel akan memanas dan akhirnya bisa terbakar!

Layanan monitor penggunaan listrik dari Listrik Cerdas hadir untuk melindungi rumah/kantor dan yang lebih utama keluarga anda dari bahaya laten seperti cerita di atas. Pengawasan penggunaan listrik (baik tegangan, beban hingga energi listrik yang di-konsumsi) di kantor/pabrik/rumah anda dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, 24jam non-stop!
Apabila terjadi kondisi di luar batas normal (seperti kejadian di atas, beban AC melonjak karena kompresor yang tidak berfungsi dengan baik), anda akan langsung mendapatkan notifikasi ke handphone anda detik itu juga, sehingga musibah kebakaran pada artikel di atas dapat dicegah dan tidak perlu terjadi.

Info lebih detail mengenai layanan monitoring listrik dari Listrik Cerdas dapat diakses pada link berikut.

Sumber berita dan foto di ambil dari artikel berikut:
https://news.detik.com/berita/d-4297971/kebakaran-kantor-gubernur-papua-diduga-karena-korsleting-ac


seven + fourteen =